
MANAJEMEN-TI.COM—Tahun 2020 ditandai dengan berbagai kejutan. Di Jakarta, misalnya, baru saja orang-orang merayakan pergantian tahun, langit jakarta langsung berikan terapi kejut berupa tumpahan air dalam jumlah ekstra. Sehingga warga jakarta dan sekitarnya yang baru menikmati udara 2020, dipaksa harus kehilangan sebagian harta bendanya bahkan tidak sedikit pula korban jiwa diakibatkan oleh bencana pembuka tahun ini. Accu Weather menyebut banjir di ibu kota ini sebagai banjir terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Sedangkan DW melaporkan banjir awal tahun di jakarta ini sebagai bencana mematikan karena tidak sedikit korban jiwa yang diakibatkannya.
Banjir ini juga menyebabkan sejumlah dampak lain yang cukup luas. Antara lain dimatikannya listrik oleh PLN pada sejumlah area, penutupan bandara, dan sejumlah fasilitas ikut terkendala karena adanya bencana ini. Beberapa kantor menutup sementara operasional perusahaannya karena gedungnya dan akses jalan menujunya terendam banjir.
Banjir ini sempat menginap di Jakarta dan sekitarnya beberapa hari, sebelum akhirnya pergi. Walaupun setelahnya masih terjadi beberapa kali banjir-banjir susulan, namun dampaknya tidak menerus. Peringatannya juga sebentar bikin heboh, lalu tak lama berangsur terlupakan. Dan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan orang tetap berjalan seperti biasa. Hampir-hampir tidak terlihat perubahan perilaku dan mindset orang setelah musibah itu pergi. Kembali business as usual.
Tapi berbeda dengan tamu yang baru resmi dikatakan hadir di Indonesia pada 2 Maret 2020 yang lalu di Depok. Tamu tak diundang bernama Corona yang berhasil menggetarkan dan meruntuhkan keangkuhan manusia seluruh dunia itu ikut masuk ke negeri ini. COVID-19, begitu panggilan resmi dari tamu ini, telah memaksa semua pihak untuk berevolusi. Sepertinya kita semua akan menjadi saksi atas perubahan besar akibat revolusi COVID-19 ini. Revolusi yang juga memaksa transformasi digital dilaksanakan jauh lebih cepat dibanding perkiraan siapapun sebelumnya.
[Baca juga: Survey: Anggaran Transformasi Digital terus Meningkat di 2019]
Apa saja yang direvolusi oleh si COVID-19 dalam hal transformasi digital ini?
Kolaborasi Online
Sejak wabah menyeruak, sejumlah aplikasi meeting dan kolaborasi online tiba-tiba menjadi meledak penggunaannya. Banyak orang tiba-tiba jadi pengguna aplikasi-aplikasi ini untuk berbagai keperluan baik urusan bisnis, sosial, keluarga, sekolah, dan sebagainya. Berbagai aplikasi dan solusi seperti bermunculan menawarkan solusi untuk kebutuhan ini. Ada yang berbayar, ada yang gratis baik sebagian atau sepenuhnya. Apakah ini solusi aplikasi baru? Tidak, aplikasi ini sudah lama ada. Tapi si COVID-19 memaksa orang untuk menggunakannya sekarang.
Sebelumnya rapat-rapat koordinasi itu identik dengan bertemu fisik pada satu tempat untuk membicarakan suatu masalah tertentu sambil presentasi dan saling unjuk dokumen yang terkait dengan rapat tersebut. Karena itu orang harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk berpindah dari rapat yang satu ke rapat yang lain. Untuk menghadirinya banyak diantaranya yang harus menembus kemacetan demi kemacetan dan pulang larut malam karena rapat-rapat ini. Bahkan ada yang harus terbang ke luar kota/negeri hanya untuk meeting di ruang rapat bandara dan kemudian kembali lagi ke tempat masing-masing setelah selesai rapat. Luar biasa usaha dan energi yang dikeluarkan untuk rapat-rapat ini.
Sekali lagi sebelumnya para vendor produk kolaborasi online itu berjuang untuk melakukan kampanye pengenalan bagaimana produk-produk mereka dapat menjadi solusi. Tapi perkembangannya masih biasa-biasa saja. Sulit untuk menembus tembok kebiasaan orang yang mengidentikkan rapat dengan pertemuan fisik. Rupanya kebiasaan ini akhirnya bisa diruntuhkan berkat jasa COVID-19. Kini semua orang dipaksa menggunakan dan mulai merasakan nyaman melakukan rapat dan kolaborasi secara online. Bahkan pemilik Zoom, salah satu aplikasi pertemuan online populer, disebut bertambah kekayaannya tak kurang dari 64 trilyun rupiah sejak COVID-19 ini datang. Berkat harga sahamnya yang meroket lebih dari USD 150 pada 23 Maret 2020. Jumlah pengguna aktif Microsoft Teams di seluruh dunia meningkat tajam menjadi 44 juta pengguna aktif pada 19 Maret 2020. Sedangkan Cisco webex melaporkan 14 milyar menit meeting telah terjadi di platformnya selama Maret 2020. Lebih dari dua kali lipat dibanding yang terjadi pada Januari 2020 [statista, 2020]. Luar biasa!!
Cloud Computing

Gambar Tren metode kerja jarak jauh (remote) berdasarkan penggunaan kata kunci dalam mesin pencari Google selama Maret 2020 [sumber: statista, 24 Maret 2020]
Salah satu upaya yang dilakukan untuk membatasi penyebaran wabah adalah untuk sebisa mungkin tidak keluar rumah, termasuk untuk keperluan kerja. Bekerja pun dipindah ke rumah, atau work from home (WFH) istilah kekiniannya. Lalu bagaimana mengakses layanan-layanan sistem dan data yang sebelumnya biasa mereka lakukan di kantor? Sejumlah sistem dan layanan yang semula diletakkan di lingkungan TI internal mendadak dipaksa untuk dipindah ke cloud, dengan berbagai klasifikasinya. Sehingga pekerjaan tetap dapat dilakukan dari rumah dengan lancar. Tanpa harus melakukan usaha yang menyulitkan, seperti menginstal aplikasi tertentu di komputer klien ataupun servernya. Pasar aplikasi berbasis cloud juga dapat limpahan berkah luar biasa berkat COVID-19 ini.
Layanan cloud computing sudah lama tersedia dan sudah menunjukkan tren penggunaan yang kian meningkat. Tapi COVID-19 ini datang menjadi penggedor pemaksa kesadaran tentang nilai dari komputasi awan.
Perdagangan online (e-Commerce)
Wabah COVID-19 jelas membuat perdagangan lesu. Pembatasan hingga penutupan pasar dan mal-mal membuat volume perdagangan menurun drastis. Banyak pedagang berikut rantai pasokan yang berkaitan dengannya ikut menjadi lesu pemasukannya. Namun di sisi lain ternyata sebagian transaksi yang semula terjadi di pasar-pasar fisik itu bukan hilang, tapi bergeser ke online. Transaksi di lapak e-Commerce justru meningkat lebih dari dua kali lipat. Jadi walaupun total transaksi perdagangan secara umum menurun, tapi perdagangan online justru meroket. Berkat COVID-19.

Gambar: Dampak COVID-19 terhadap Pertumbuhan Transaksi Online di dunia (sumber: ccinsight)
Gambar di atas menunjukkan bagaimana dampak COVID-19 pada pertumbuhan transaksi online di berbagai negara. Banyak negara mencatat pertumbuhan lebih dari 100% dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Termasuk hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Transaksi online meningkat lebih dari sangat tajam dibandingkan sebelumnya. Walaupun volume perdagangan secara keseluruhannya menurun. Dahsyat!!
Teknologi Otomasi
Wabah COVID-19 ini menyentak kesadaran kita semua, betapa ringkihnya manusia. Salah satu dampaknya adalah terhentinya produksi yang prosesnya sangat bertumpu pada kekuatan manusia. Sehingga banyak yang terdorong untuk menerapkan teknologi otomasi sehingga kondisi seperti ini tidak mengganggu proses produksi secara signifikan seperti saat ini. Teknologi seperti Internet of Thing (IoT), Artificial Intelligence, blockchain, dan emerging technology lainnya akan semakin mantap mendapatkan momennya.
[Baca juga: Transformasi Digital dan Manajemen Investasi]
Kita melihat pada saat wabah ini melanda berbagai negara, telah bermunculan teknologi-teknologi otomasi yang digunakan utamanya dalam dunia medis. Misalnya banyaknya penggunaan connected thermometer yang dipasang di berbagai rumah sakit dan area publik. Di Wuhan Cina, para pasien dan petugas medis menggunakan gelang dan cincin yang terus disinkronisasi untuk pemantauan tanda-tanda vital seperti temperatur, detak jantung, dan tingkat oksigen dalam darah. Penggunaan robot juga mulai diterapkan sebagai pengganti sebagian fungsi petugas medis. Telemedicine, drone dan berbagai teknologi lain juga meningkat penggunaannya diakibatkan oleh COVID-19 ini.

Tata Kelola dan manajemen TI
Transformasi digital paksaan ala COVID-19 ini juga mau tidak mau harus diikuti transformasi pada bagaimana pengelolaan TI dijalankan di organisasi. Banyak aspek dalam pengelolaan TI juga ikut perlu merevolusi dirinya. Bagaimana menciptakan dan menjaga agar sistem TI organisasi dapat dikelola secara remote dan otonom tanpa mengganggu kinerja dan tingkat layanannya. Tantangan juga terkait keamanan sistem yang meningkat seiring dengan dibukanya akses dari luar terhadap sistem perusahaan. Situasi COVID-19 ini juga menggugah kesadaran manajemen tentang pentingnya membuat business continuity plan dan disaster recovery plan. Dan masih banyak lagi komponen-komponen dalam sistem tata kelola TI yang juga dipaksa mentransformasi dirinya mengikuti transformasi digital COVID-19 ini.
[Baca juga: Transformasi Digital: Tahapan yang Harus dilalui]
Inilah sebagian dari dampak transformasional yang diakibatkan terapi kejut COVID-19 di awal tahun 2020 ini. Masih banyak “berkah” lain yang berpotensi didapatkan dibalik keprihatinan masal yang dirasakan umat manusia di seluruh dunia ini. Seperti janji Tuhan bahwa dalam setiap kesulitan, terdapat beragam peluang yang disiapkan untuk kita. Tugas kita adalah menemukan peluang-peluang tersebut dan memanfaatkannya untuk kebaikan bersama. Tetap Optimis! [mti/picture:forbes]
Penulis: Umar Alhabsyi, ST, MT, CISA, CRISC.
Founder iValueIT Consulting & Millennia Solusi Informatika