ransomware with bitcoin

Beberapa tahun belakangan kita mungkin sering mendengar sebuah momok virus baru yang bernama Ransomware. Virus ini masuk ke komputer kita lalu mengambil data-data yang ada di komputer untuk dia enkripsi. Sehingga pemilik komputer menjadi tidak dapat mengakses lagi data-datanya. Lalu si penyebar virus akan meminta tebusan tertentu kalau mau data-data yang dienkripsi itu dikembalikan seperti semula.

Sebenarnya Ransomware bukanlah barang baru. Bahkan mungkin termasuk salah satu ancaman cyber yang tertua. Namun belakangan dia berhasil “comeback” dan menyerang ke berbagai komputer dan sistem. Dari mulai komputer dan sistem milik pribadi-pribadi hingga milik bisnis dan pemerintahan.

(Baca juga: Revolusi Ransomware)

Dengan ransomware, para penjahat itu bisa mencuri data-data pengguna dan menakut-nakutinya kalau data-data tersebut akan dilenyapkan kecuali jika mereka mau memberikan tebusan (ransom). Sebuah studi yang dilakukan oleh Infoblox menyatakan bahwa ransomware meningkat sebesar 3500 perseni dari kuartal keempat 2015 hingga kuartal pertama 2016. Tebusan-tebusan yang dibayarkan juga melonjak 10 kali lipat dalam periode tersebut. Wow!!

Dalam uraiannya pada forum RSA Security Conference, Chris Young (CEO Intel Security) mengatakan bahwa ransomware itu terdeteksi pertama kali pada 1989. Tapi ia kurang berhasil seperti belakangan ini. Ini karena kalau dulu kita mudah untuk menangkap dan menghukum pelakunya, yaitu ketika mereka akan mengambil tebusannya.

“Kalau sekarang masyarakat kita mengenal adanya Bitcoin, sehingga seorang penyerang dapat memonetisasi korbannya secara anonim”, lanjut Young.

Bitcoin, mata uang virtual yang diperkenalkan pada 2008 ini memungkinkan dua pihak dapat bertransaksi uang tanpa mengenal satu sama lain.

Perusahaan security Kaspersky mencatat bahwa sepanjang tahun 2016, ransomware adalah ancaman terbesar bagi keamananan cyber.

Para penjahat cyber itu menggunakan skema ransomware terhadap para pengguna yang tidak mereka kenal. Si penjahat mencuri password mereka, mengunci komputer mereka dengan kriptografi tertentu, dan kemundian meminta tebusan sejumlah dolar tertentu jika mereka mau dibukakan komputernya dari enkripsi.  Karena dihadapkan pada tidak ada pilihan, maka korban biasanya terpaksa untuk membayar tebusan tersebut dalam Bitcoin.

Ancaman ransomware terus berkembang karena dirasa makin menguntungkan. Bahkan ada aplikasi ransomware yang berhasil masuk ke Google Playstore pada Januari yang lalu.

Perkembangan serangan juga berlaku pada jenis piranti yang diserangnya, seiring dengan perkembangan piranti yang digunakan oleh pengguna. Selain mengancam perangkat komputer dan smartphone, virus ini juga mulai mengancam piranti-piranti Internet of Things (IoT) seperti kamera sekuriti, TV webcam, dll. Lebih jauh lagi piranti-piranti tersebut dapat menjadi batu pijakan untuk serangan-serangan lain yang lebih mengerikan.

So thanks to Bitcoin!! [manajemen-ti/venture-beat/picture:playingintheworldgame]