komputasi awan

Manajemen-ti.com — Komputasi awan telah menyebabkan pergeseran wewenang dari Departemen TI ke bisnis. Demikian sebuah laporan baru menyatakan.

Laporan tersebut, yang disusun oleh para konsultan IT Capgemini dan diluncurkan Kamis lalu ini telah mensurvey 460 organisasi secara global dan 50 diantaranya berbasis di Inggris. Survey tersebut antara lain mengindikasikan bahwa keputusan pengadopsian cloud ternyata kini lebih banyak berada pada personil-personil non IT.

“Pemeran utama sebeanarnya kini lebih banyak berasal dari orang-orang bisnis, bukan dari orang IT,” ungkap Ron Tolido, senior vice president Capgemini unutk wilayah Eropa kepada ZDNet. “Hingga saat ini cloud lebih dipandang sebagai topik yang technology-driven.”

Di Inggris, 45 persen keputusan pengadopsian cloud diambil oleh unit-unit bisnis, mengungguli IT yang mencapai 44%. Sementara 11 persen keputusan lainnya diambil oleh pihak ketiga.

“Hampir separuh dari semua keputusan terkait cloud dalam hal anggaran, pemilihan, dan implementasi dibuat oleh pihak bisnis,” kata Tolido. “Hal ini berarti dari sisi IT akan lebih banyak lagi orang yang harus berurusan dengan orang-orang seperti chief marketing officer, direksi, eksekutif, orang yang bertanggung jawab dengan manajemen sDM, pengadaan, atau finansial. Ini adalah sebuah pergeseran.”

Dari sisi pengadopsian cloud, 83 persen perusahaan di Inggris telah memutuskan sebuah strategi untuk mengadopsi cloud dibandingkan 76 persen organisasi secara global.

“Penggunaan cloud tertinggi ada di Amerika kemudian diikuti oleh Eropa, terutama di negara-negara seperti Belanda dan Prancis,” lanjut Tolido.

Secara total, 89 persen perusahaan di Inggris berpendapat bahwa faktor iklim ekonomi saat ini dan kedepan yang mendorong perpindahan ke cloud, disusul kemudian oleh faktor “pasar dan area teritori yang terus tumbuh” sebesar 53 persen dan faktor penerapan aplikasi-aplikasi baru sebanyak 23 persen.

Perusahaan-perusahaan inggris lebih memilih layanan private cloud, dengan 45 persen dari seluruh perusahaan yang disurvey (baik yang sudah menggunakan cloud ataupun belum) mengatakan bahwa private cloud yang dikelola pada lokasi terpisah (off-premise) oleh mitra adalah model penggunaan cloud yang lebih mereka pilih. Sementara itu 22 persen lainnya mengatakan bahwa mereka lebih memilih private cloud tapi dikelola di lokasi perusahaan (on-premise). “Kami pikir akan lebih banyak dukungan untuk skenario public cloud,” tambah Tolido.

(Baca juga: 5 Manfaat Cloud Computing Bagi Bisnis)

Dari sisi jenis layanan, layanan Software-as-a-service (SaaS) merupakan tipe layanan cloud yang paling banyak digunakan di Inggris dengan 42 persen perusahaan responden yang mengatakan bahwa mereka menggunakannya. Sementara 40 persen responden menggunakan layanan Infrastructure-as-a-service. Sementara layanan platform-as-a-service digunakan oleh 36 persen dari organisasi responden.

Menurut Tolido, bisnis menggunakan cloud untuk aplikasi-aplikasi fungsional seperti Customer Relationship Management (CRM), pengadaan yang kolaboratif, finansial dan administrasi serta manajemen SDM.

Survey ini antara lain juga menyimpulkan bahwa faktor utama yang membuat bisnis enggan untuk mengadopsi cloud antara lain adalah karena faktor “kurangnya integrasi” (sebesar 45 persen responden); “kurangnya kelincahan dalam bisnis” (35 persen); “kekhawatiran pada ancaman keamanan” (33 persen); dan “kurang jelasnya strategi cloud yang disusun” (31 persen).

Sementara itu pada perusahaan-perusahaan Inggris yang belum menyusun strategi cloud, 83 persen diantaranya mengatakan bahwa hal ini belum menjadi prioritas mereka saat ini.[manajemen-ti]