
Manajemen-ti.com – Dilaporkan oleh The Guardian bahwa mereka mendapatkan lebih dari 100 manual training, flowchart, dan spreadsheet yang digunakan oleh internal Facebook untuk memoderasi konten-konten yang dimuat dan dibagi oleh para penggunanya di jejaring sosial.
Dokumen-dokumen yang bocor tersebut diduga merupakan pedoman yang digunakan oleh para moderator Facebook untuk menganalisis dan melakukan senor terhadap konten-konten dengan kriteri-kriteria tertentu yang ditentukan, seperti misalnya ujaran kebencian, pornografi, terorisme, perjodohan, kanibalisme, dan sebagainya.
Aturan tersebut diantaranya memperbolehkan konten live streaming yang sebenarnya membahayakan pelakunya sendiri karena mereka tidak ingin juga melakukan sensor yang menyulitkan para penggunanya. Contoh lain, aturan tersebut memperbolehkan diunggahnya konten-konten natural yang masuk dalam kategori nudis dan aktifitas seksual, tapi melarang jika tidak naturan alias diproduksi secara digital.
(Baca juga: Mengendalikan Risiko Media Sosial)
Perusahaan-perusahaan media sosial belakangan ini berada dalam tekanan politis yang cukup keras untuk mengambil peran lebih aktif dalam memoderasi konten-konten yang berbahaya dan mengancam.
Sejumlah peneliti berpendapat bahwa mestinya setiap platform media sosial itu menerapkan regulasi sebagaimana halnya madia dan penerbit media arus utama. Hal ini mengingat sekarang mereka telah menjadi salah satu sumber informasi utama bagi banyak orang.
(Baca juga: Dahsyatnya Media Sosial)
The Guardian juga melaporkan bahwa banyak dari moderator di perusahaan raksasa media sosial tersebut merasa adanya inkonsistensi dan kejanggalan dalam sejumlah aturan kebijakan Facebook tersebut. Dan diantara yang paling kompleks dan membingungkan menurut mereka adalah aturan yang terkait dengan konten seksual dan pornografi.[af/theguardian/techinasia]