
Manajemen-ti.com –Thomas Alfa Edison adalah penemu bola lampu. Albert Einstein penemu teori relativitas. Alexander Graham Bell penemu telepon. Dan masih banyak lagi deretan penemu yang dikenal luas sebagai individu-individu genius yang membawa perubahan pada dunia. Dunia mengenal orang-orang tersebut sebagai seorang hebat yang seolah bekerja keras sendiri menghasilkan temuan dan inovasi-inovasi hebatnya.
Walaupun terkesan romantis dan heroik, tapi sebenarnya lahirnya inovasi itu ternyata bukan seperti itu. Inovasi-inovasi hebat lahir dari kolaborasi. Bahkan seorang inovator yang paling introvert sekalipun tak dapat melahirkan inovasi-inovasi hebatnya tanpa dukungan lingkaran orang-orang di sekitarnya.
Itulah pesan penting yang ingin disampaikan oleh Walter Isaacson dalam buku karyanya: “The Innovators”. Isaacson dengan ciamik menuturkan bagaimana revolusi digital yang kita alami hingga saat ini itu merupakan hasil kolaborasi dari banyak orang.
Cerita Isaacson bermula dari Ada Lovelace (1815-1852), putri dari sastrawan Inggris Lord Byron. Ia mendalami ilmu Matematika untuk mendisiplinkan jiwa senimannya yang mengalir dari sang Ayah. Kombinasi ilmu yang berbeda karakteristik secara diametral menghasilkan pendekatan unik, matematika yang puitis. Lovelace yang memiliki obsesi di bidang teknologi dan mesin ini suatu saat menghadiri sebuah pameran sains dan matematika Charles Babbage. Ada sesuatu yang sangat menarik perhatiannya yaitu mesin Babbage yang dapat melakukan perhitungan-perhitungan matematika secara mekanis. Karya Babbage tersebut menginspirasinya untuk menghasilkan sebuah mesin “komputer” yang dapat memproses musik, pola-pola, dan puisi. Idenya ini ia tuangkan dalam sebuah karya tulis yang cukup panjang yang sebenarnya menggambarkan fungsionalitas dari mesin yang nantinya orang beri nama sebagai komputer. Lovelace jugalah yang merintis pemrograman komputer dengan menjelaskan bagaimana mesin pengurangan dapat diprogram dengan punch card, sedemikian sehingga dapat meningkatkan fleksibilitasnya dari sebuah rancangan spesifik menjadi sesuatu yang generik.
Hampir 100 tahun setelah mimpi Babbage tentang sebuah komputer menemui titik terang untuk diwujudkan berkat perkembangan teknologi waktu itu. Termasuk didalamnya teknologi elektronik yang menyusun komponen-komponen inti komputer, perkembangan teknologi dari analog ke digital, matematika biner, dan lain-lain. Sebuah perpaduan beragam ilmu dan teknologi yang saling bersinergi.

Perkembangan luar biasa selanjutnya adalah dari sisi perangkat lunak (software). Perkembangan inilah yang membuat daya dobrak manfaat dari komputer yang semula lebih hanya sebuah perangkat keras mejadi berlipat ganda. Adalah seorang matematikawan dan filosof Inggris bernama Alan Turing yang berjasa besar meletakkan dasar dalam pemorgraman komputer ini pada 1948. Ia berusaha membuat komputer sebagai pemroses yang bersifat generik untuk beragam keperluan. Tokoh lain yang berjasa dalam meletakkan dasar awal pemorgraman komputer ini adalah Grace Hopper, seorang wanita profesor matematika sekaligus perwira Angkatan Laut. Hopper bukanlah satu-satunya wanita yang memiliki pengaruh luar biasa dalam dunia pemrograman di awal-awal perkembangan komputer ini. Bahkan wanitalah yang banyak berada di garis terdepan dalam revolusi pemrograman awal. Lagi, sebuah kolaborasi yang indah.
Perkembangan penting lain dalam revolusi digital ini adalah penemuan Transistor, sebuah rangkaian semikonduktor yang memungkinkan program yang sangat kompleks berjalan dalam komponen berukuran kecil. Pentingnya penemuan transistor bagi revolusi digital ini ibarat penemuan mesin uap pada revolusi industri. Penemuan inilah yang memungkinkan terciptanya komputer-komputer berukuran kecil, kalkulator hingga pemutar musik. Dan untuk menciptakan transistor awal ini dibutuhkan setidaknya 3 kepala brilian, yaitu William Shockley, Bardeen, dan Bratain. Atas usahanya tersebut, trio orang hebat itu mendapatkan hadiah Nobel pada 1956.
Salah satu kelebihan penting dari transistor bahwa pada dasarnya ia tidak membatasi jumlah sirkuit yang membangunnya. Namun ia memiliki keterbatasan yaitu bahwa semakin kompleks operasi yang perlu dilakukan maka jumlah sirkuit yang harus dibuat menjadi semakin banyak sehingga semakin sulit untuk dibuat secara manual. Sampai dengan ditemukannya microchips sepuluh tahun kemudian. Adalah Jack Kilby dan Robert Noyce yang berjasa besar atas penemuan microchip ini. Hari ini, mikroprosesor kita temukan pada semua piranti pintar, dari mesin pembuat kopi hingga kompter personal.
Kolaborasi berikutnya adalah yang melahirkan Personal Computer (PC). Beberapa tokoh penting yang berada di balik lahirnya PC pertama ini adalah Steve Jobs dan temannya Steve Wozniak, serta Ed Roberts yang pertama kali membuat PC pertama bernama Altair 8800. Produk PC pertama ini langsung meledak di pasaran karena banyak orang yang lama mendambakan punya komputer pribadi di rumahnya.
Seiring dengan semakin kecilnya ukuran dari komputer, maka fungsinya pun menjadi berkembang. Timbul pemikiran bahwa komputer tidak hanya dapat digunakan untuk bekerja, namun untuk bermain. Walaupun sebenarnya video games lebih dulu lahir dibanding PC, tapi kelahiran PC terbukti merevolusi video games menjadi industri sesungguhnya. Adalah Nolan Bushnell yang pertama kali memanfaatkan momen ini untuk mendirikan Atari yang berhasil menjual 1500 console video game pada debutnya.
Selanjutnya adalah era kompetisi awal para pembuat software. Tercatat pada era-era awal ini ada nama-nama seperti Bill Gates dan Paul Allen yang terobsesi membuat software-software yang independen terhadap hardware. Mereka terobsesi untuk membuat orang dapat menulis programnya sendiri pada komputer pribadi mereka. Pendekatan yang berbeda dilakukan oleh Steve Jobs dan kawan-kawan dengan Apple nya. Mereka mencoba membuat software dan hardware sebagai sebuah sebuah paket yang terintegrasi. Sementara itu pendekatan yang digunakan Linux adalah menawarkan software-software yang gratis dan terbuka source code nya. Masing-masing pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun yang pasti persaingan antar pendekatan-pendekatan ini berdampak besar bagi terciptanya revolusi digital yang saat ini masih terus berlangsung.
Hal lain yang juga sangat berdampak besar adalah terkait perkembangan Internet. Sistem ini semula hanya ditujukan untuk kolaborasi antara militer, akademisi dan beberapa perusahaan swasta di Amerika Serikat. ARPANET yang diluncurkan pada 1969 ini diperuntukkan untuk kebutuhan militer dan akademisi. Tapi kurang berkembang hingga 1973 yaitu ketika beberapa jaringan independen dapat saling berkolaborasi menggunakan protokol yang kita kenal hingga sekarang sebagai Internet Protocol (IP).
Walaupun PC dan Internet lahir pada era yang hampir bersamaan, tapi keduanya bergerak berada pada jalur yang berbeda. Hal ini karena Internet awalnya tidak ditujukan untuk konsumsi publik, sebagaimana halnya dengan PC. Kedua perkembangan ini mulai bertemu ketika diperkenalkannya modem yang memungkinkan PC dapat mengakses jaringan global melalui jalur telepon. Tapi perkembangannya terhalangi oleh regulasi pemerintah yang melarang perusahaan komersial untuk menawarkan layanan yang memungkinkan para pelanggannya dapat saling terkoneksi .

Sampai akhirnya kondisi berubah ketika Al Gore terpilih menjadi Wakil Presiden AS pada 1992, dimana sebelumnya ketika masih menjadi senator telah mulai merintis inisiatif yang disebut juga dengan Gore Act. Inisiatif ini waktu itu ditujukan untuk membangun sebuah infrastruktur informasi nasional, yang memungkinkan para penyedia layanan komersial untuk mengembangkan lebih jauh koneksinya menggunakan Internet sehingga dapat digunakan oleh publik secara lebih luas. Perkembangan ini yang menyebabkan beberapa kalangan menyebut Al Gore sebagai Bapak Internet.
(Baca juga: Menyoal Keseimbangan dalam Tata Kelola Internet Dunia)
Walaupun sudah mulai dapat menghubungkan publik melalui Internet, namun banyak orang yang tidak memiliki latar belakang teknis yang memadai merasa kesulitan untuk mengarungi rimba Internet. Hal ini karena antarmuka pengguna yang masih sangat primitif. Sampai akhirnya terlahir World Wide Web yang sebagian besarnya merupakan hasil usaha dari Tim Berners-Lee. Dengan mengkombinasikan hypertext dengan Internet, Berners Lee telah membuat para peselancar Internet lebih mudah dalam melakukan navigasi di rimba Internet. Apalagi ketika ia memutuskan penemuannya itu sebagai berstatus gratis dan terbuka. Maka semakin dahsyat lah platform berbagi informasi dan kolaborasi ini terus berevolusi dan berkembang semakin baik.
Alhasil, dari sekelumit kisah perkembangan teknologi ini kita dapat mengambil hikmah paling penting yang sangat mendasar yaitu bahwa inovasi kreatif adalah proses kolaboratif. Inovasi lebih sering muncul dari dalam tim ketimbang genius penyendiri yang sekonyong-konyong mendapat ilham dari langit. Ini adalah fakta yang terbukti pada inovasi-inovasi kreatif yang terjadi pada setiap era. Peran kolaboratif ini semakin menguat pada era digital. Sekalipun memang banyak yang brilian, namun inovator Internet dan komputer memperoleh sebagian besar raihan hebatnya melalui kerja sama tim. Dimana tim yang paling produktif ialah yang mempersatukan orang-orang dengan keahlian beragam yang saling melengkapi. Tim yang memadukan tokoh visioner pencetus ide dan manajer operasional yang dapat mengeksekusi ide.
Hikmah lain yang tak kalah penting adalah yang membawa kita kembali kepada sosok Ada Lovelace. Bahwa Inovasi-inovasi hebat terlahir dari para pewaris Ada Lovelace, yaitu para kreator produktif yang berada pada persimpangan kaum seniman dan saintis. Orang-orang yang mampu mengapresiasi keindahan keduanya. Para saintis yang puitis.[af/manajemen-ti]
1 comment on "Anatomi Inovasi: Kolaborasi Para Saintis yang Puitis"